Bismillahirrohmaanirrohiim...
Disela-sela
menghadapi deadline laporan akhir PKM
dan banyaknya pesanan Boneka Jari Edubori, ada yang terlewat untuk ditulis,
ya... tentang Training Kepemimpinan dan Manajemen Diri Aktivis Bidikmisi yang
dilaksanakan pada tanggal 25 Juli 2013 lalu tepatnya di Aula Arum Dalu Hotel
Azaya Bandungan. Karena kegiatan ini cukup mengesankan menurut saya dan banyak
pelajaran yang dapat diambil. Kegiatan yang dihadiri 150 mahasiswa aktivis Bidikmisi
tersebut dimulai pada pukul 11.00 dan dihadiri oleh Pak Alamsyah selaku pembina
mahasiswa Bidikmisi, Pak Hardo serta dibuka secara resmi oleh Pak Heri selaku
Kepala BAAK Unnes. Training yang dipewarai oleh Mas Diamond tersebut berisi
serangkaian acara, yaitu:
1. Materi Softskill dan Hardskill
Manajemen dari Pak Alamsyah
Karena
kegiatan tersebut terlaksana sebulan yang lalu, saya hanya dapat meng-copy paste dari catatan saya yang berupa
point-point yang disampaikan oleh Pak Alam yang menurut saya bermakna dan
mengena karena penyampaian beliau mirip Pak Mario Teguh (hihi):
·
Sesuatu
akan berarti jika bermanfaat bagi yang lainnya
·
Paham
bukan hanya sekadar mengerti. Contohnya: Mahasiswa yang masih saja mencontek
(dalam hal ini mahasiswa tersebut masih dalam taraf mengerti bahwa mencontek
adalah hal yang tidak baik namun tetap saja dilakukan maka mahasiswa tersebut
belum paham)
·
Berusahalah
memaknai Alloh secara kaffah (Buka
kembali QS. Al Baqoroh ayat 208)
·
Alloh
menjamin rizki setiap makhluk dan tercatat di Lauhul Mahfudz (buka kembali QS.
Hud ayat 6)
·
Berdasarkan
QS. Hud ayat 6 Pak Alam menjelaskan bahwa masa depan kami sebagai mahasiswa
Bidikmisi ada di Alloh Subhanahuwata’ala. Tidak perlu takut, tugas kami hanya
bermimpi dan berusaha.
·
Pada
poin pembahasan “Siapa Kita?” beliau
menggambarkan bahwa
a. Dari segi waktu kita adalah
pendatang terakhir; mengapa? Karena Alloh menciptakan terlebih dahulu secara
berurutan BigBang, Milkiway Galax, Sun & Solar, kehidupan di bumi dan
barulah manusia ada.
b. Dari segi ukuran, kita tak lebih
dari sekadar debu. Antares bintang terbesar yang mengalahkan bintang lainnya seperti Matahari,
Pollux, Arcturus, dan Betelgese.
Maka
dengan ukuan terkecil kita, mau kita buat apa hidup kita yang singkat dan hanya
sekali ini. Dan ingatlah ayat “Alloh tidak akan mengubah nasib suatu kaum
sebelum ia mengubahnya sendiri”
Maka
berusahalah menjadi makhluk yang
berperan signifikan, kehadiran kita berpengaruh pada apa saja yang ada
disekitar kita.
Dan
perlu kita sadari bahwa sukses =
dipaksa, gagal or miskin = otomatis
Kesuksesan
bergantung pada softskill yang kita miliki. Apa gunanya mahasiswa Bidikmisi IP
4,00 tetapi kata-katanya selalu menyakitkan, menyebalkan dan tidak disukai oleh
banyak teman. Kita ibaratkan handphone tidak akan berguna jika tidak ada
handphone lain. Jadi buat apa menyombongkan diri? Niatkan kuliah sebagai
ibadah, karena apa? Ketika kita belajar di perkuliahan, ilmu kita bertambah
maka hendaknya semakin menambah keimanan kita kepada Alloh sehingga belajar
terasa nikmat. Softskill yang ada di sistem pendidikan Indonesia masih 10% dan
90% nya adalah hardskill yang diajarkan.
Kemudian
Pak Alam menjelaskan mengenai asal-usul Nasib...
Thoughtà Action à Habbit à Character à Destiny
Apa yang
kita pikirkan akan menjadi tindakan dan kebiasaan, kebiasaan akan menjadi
karakter dan karakter inilah yang akan menentukan nasib seseorang.
“Jangan
Sombong, Jangan Takabbur, Berbuat Baiklah kepada siapapun sehingga kehadiran
kita menyenangkan”
2.
Sharing
bersama Mahasiswa Berprestasi Unnes
Pada sesi ini acara dihadiri oleh
Mas Agus Widodo (Sastra Inggris) Mahasiswa Berprestasi 3 Nasional 2013, Mbak
Bunga Amelia (Kimia, FMIPA) Mahasiswa Berprestasi 2 Unnes 2013, Mas Arif (FIS)
penerima beasiswa student exchange ke
Brunei Darussalam, Mas Muhammad Rizki Adi Pratama (FBS) Juara I Kenang Semarang
2013. Masing-masing dari mahasiswa berprestasi yang hadir memberikan sharing
pengalaman mereka. Sedikit point yang saya rangkum dari cerita mas Agus Widodo
yaitu ketika kita meraih sesuatu ada hal yang sangat berpengaruh terhadap apa
yang kita raih, yaitu: dengan siapa kita mendapatkan, berusahalah menjadi teman
baik kepada adik-adik mahasiswa baru, dan berusahalah karena kita tidak akan
pernah berhasil jika mencoba saja kita tidak berani. Dari sharing dengan mbak
Bunga saya mendapatkan kata yang menurut saya sangat kuat yaitu “gagal adalah
awal kesuksesan”. Mas Arif mengatakan bahwa kita harus berani mencoba, entah
darimana saja yang penting kita mau untuk mengejar informasi. Sedangkan dari
Mas Rizki, saya dapat menyimpulkan bahwa setiap individu memiliki kelebihan dan
keberuntungan masing-masing, maka tetap berusahalah. Acara selanjutnya
dilanjutkan dengan hadirnya PD III dari setiap fakultas.
3.
Ceramah
dari Imam Sholat Tarawih dan Witir
Syarat menjadi ahli ilmu:
·
Kecerdasan
·
Semangat
·
Sabar
·
Biaya
·
Bimbingan
guru
·
Waktu
yang lama
4.
Ceramah
ba’da Sholat Tarawih dan Witir Bersama dari Pak Masrukhi (Pembantu Rektor
Bidang Kemahasiswaan)
Dapat diambil kata yang bermakna “There Is No Growth In Comfort Zone, And
There Is No Comfort In Growth Zone”
Yang berarti jika kita ingin tetap
berkembang dan maju, maka tidak ada kata nyaman untuk waktu kita, kita harus
tegas pada waktu, mengoptimalkan waktu sebaik-baiknya. Dan memang ketika kita
hanya berada pada zona nyaman maka dapat dipastikan kita tidak akan maju,
karena sukses harus dipaksa dan diri harus ditempa. Hal ini menjadi motivasi
yang sangat berharga bagi kami sebagai mahasiswa Bidikmisi yang tidak boleh
hanya bermalasan karena kuliah kami gratis dibiayai oleh negara. Padahal
bercermin pada Mbak Birrul Qodriyah mahasiswa UGM yang menerima penghargaan
sebagai mahasiswa Bidikmisi berprestasi sekaligus mawapres inspiratif 2013,
yang menyatakan bahwa beliau akan memberikan dan membalas jasa negara setelah
lulus dan bekerja. Karakter mahasiswa Bidikmisi harus tangguh dan terus
berusaha tanpa putus asa.
5.
Materi
Ukhuwah Islamiyah dari Pak Nindya Candra Raharja (Alumnus Unnes FBS dan eks-Mapres
Unnes) menyampaikan materi tentang tingkatan ukhuwah, dan pada akhirnya saya
dapat menyimpulkan bahwa jangan pernah berpikir kita dimanfaatkan tetapi
berusahalah untuk berpikir bagaimana kita menjadi bermanfaat. Pintar IP tinggi
tapi tidak punya kepekaan sosial, tidak dapat dijadikan panutan di
lingkungannya, maka percuma menjadi mahasiswa.
Terima
kasih, semoga bermanfaat dan dapat diambil hikmah... mohon maaf bila ada
kesalahan penulisan... semua hanya curahan ide semata tanpa kaidah bahasa yang
diajarkan oleh Pak Diamond (Dosen Bahasa Indonesia). Hehe ^_^