Pages

Minggu, 11 November 2012

SMALL GROUP DISCUSSION (SGD)


SMALL GROUP DISCUSSION (SGD)

Small Group Discussion (SGD) merupakan salah satu metode pembelajaran student-centred. SGD adalah diskusi kelompok kecil yang terdiri dari 10-11 mahasiswa dengan didampingi oleh tutor. Dalam diskusi ini mahasiswa-mahasiswa tersebut diberi tugas untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah diberikan dalam waktu tertentu. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab akan dibawa ke kuliah narasumber, tetapi apabila tidak ada pertanyaan dari mahasiswa maka kuliah narasumber ditiadakan.
SGD merupakan diskusi antar anggota dalam kelompok untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan/tugas. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan tersebut merupakan pendalaman dari materi yang diberikan dalam mini lecture. Tugas tersebut juga dilengkapi dengan daftar pustaka yang dapat dijadikan literatur (terdapat pada modul mata kuliah) untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi. Diharapkan mahasiswa sudah menjawab pertanyaan – pertanyaan tersebut sebelumnya sehingga saat mini lecture yang terjadi adalah diskusi antara mahasiswa dan dosen pengampu, kemudian hasilnya akan disampaikan pada anggota kelompok lainnya dalam small group discussion. Pertanyaan-pertanyaan dalam SGD akan dijadikan materi ujian Multiple Choice Questions.
Tujuan penerapan SGD dalam pembelajaran:
a.    Melatih kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
b.    Melatih mahasiswa untuk mencapai metode pembelajaran students centred learning.
c.    Menambah pengetahuan/informasi.
d.    Saling membantu sesama anggota kelompok.

Manfaat dari penerapan SGD dalam pembelajaran
a.    Tugas dapat diselesaikan dengan mudah karena dikerjakan secara bersama-sama
b.    Dengan adanya diskusi maka berbagai pendapat yang disampaikan oleh anggota kelompok dapat menambah pengetahuan seluruh anggota kelompok
c.    Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah diberikan maka mahasiswa terbantu untuk lebih memahami materi yang sedang dipelajari serta terbantu untuk membuat ringkasan sehingga mempermudah belajar.
d.    Membantu mahasiswa dapat mencapai learning objectives.

Penerapan SGD dalam Evaluasi Pembelajaran
            Ternyata baru saya tahu bahwa SGD bisa diterapkan sebagai metode evaluasi pembelajaran mata kuliah bagi mahasiswa. Pengalaman ini saya dapat ketika saya mengikuti Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Psikologi Pendidikan. Awalnya saya bingung ketika seminggu sebelum pelaksanaan ujian dosen pengampu mengumumkan bahwa beliau menghendaki ujian lisan. Saya pun putar otak, Bagaimana ya bentuknya? Bagaimana cara saya belajar untuk menguasai materinya karena mata kuliah tersebut berjumlah 3 SKS? kemudian Bagaimana pula dosen tersebut menilai jawaban saya dan apa kriteria atau tolak ukur dari jawaban saya?
Saya tetap menebak-nebak apakah bentuk dari ujian lisan tersebut berupa analisis penyelesaian kasus secara individu atau kelompok. Pertanyaan-pertanyaan saya tersebut diatas terjawab pada saat hari dimana saya harus ujian. Ternyata bentuk ujiannya adalah dengan menerapkan metode Small Group Discussion (SGD). Awalnya saya juga masih bingung, karena ini kali pertama saya menemui metode evaluasi dengan berdiskusi secara kelompok antar mahasiswa. Kebetulan kelompok saya adalah kelompok yang terakhir kali diuji dan berjumlah 8 mahasiswa. Setelah memasuki ruang ujian, hanya ada kelompok kami dan dosen penguji dimana dosen menjelaskan bahwa beliau hanya berperan sebagai fasilitator. Kami diharuskan untuk berdiskusi satu sama lain. Kelompok saya terdiri dari Angga Adistia Wijaya, Ibnu Ramadhani, Siti Fathurrohmah dan Dian Pratiwi. Kelompok kami diberi kasus sebagai pertanyaannya, dan kami harus menjawabnya melalui diskusi bersama dan jawaban harus dikaitkan dengan teori yang sudah dipelajari sejak awal pertemuan sehingga jawaban bukanlah Common Sense (pendapat subjektif belaka), tetapi ada dasar teoritis yang menjadi alasan untuk memperkuat hasil-hasil diskusi kami dan sifat ujian tersebut adalah closed-book. Pertanyaan yang diberikan cukup singkat, hanya ada satu dan kami diberi waktu sekitar 25 menit untuk mendiskusikan. Dosen sebagai fasilitator memberikan satu kasus pertanyaan: “Misalkan saudara adalah perumus kebijakan dalam suatu Yayasan Pendidikan, diskusikan mengenai metode pembelajaran apa yang paling tepat dan sesuai untuk siswa-siswa yang ada di Yayasan Pendidikan Saudara mulai dari SD, SMP dan SMA”
Diskusi dimulai dengan pemilihan ketua diskusi, saya dipilih oleh teman-teman satu kelompok sebagai ketuanya untuk mengatur jalannya proses diskusi. Kami hanya sempat membahas untuk menentukan metode pembelajaran bagi siswa SD dan SMP saja. Diawali dari topik SD, semua berpendapat tentang metode yang tepat, tetapi kemudian diakhir keputusan yang saya tekankan pada teori seperti yang diharuskan oleh fasilitator, untuk siswa SD lebih ditekankan pada teori perkembangan kognitif dan bahasa, dimana menurut pandangan Piaget, usia SD adalah usia dimana anak memasuki awal masa operasional dan perlu dikembangkan ketrampilan motoriknya sesuai dengan tugas perkembangan anak dimana masih sering berbicara dengan benda-benda mati. Dan di usia 11-12 tahun menurut Kohlberg juga anak sudah mampu memiliki penilaian moral untuk membedakan hal yang baik dan buruk. Untuk SMP lebih ditekankan pada teori dimana metode yang digunakan sebaiknya adalah banyak berdiskusi kelompok karena masa-masa SMP adalah masa puber atau peralihan dari masa kanak-kanak ke remaja awal, jadi menurut pandangan Vygotsky tentang Zone of Proximal Developmental (ZPD) anak harus dibantu untuk menyelesaikan kesulitan yang belum bisa dihadapai sendirian. Masa SMP anak lebih mengutamakan bagaimana ia bisa diterima oleh kelompoknya, hampir sama dengan siswa SMA. Semua metode juga harus disesuaikan dengan kurikulum yang sekarang berlaku yaitu KTSP sehingga setiap tujuan dari metode pembelajaran dapat mengarahkan siswa dalam mencapai tujuan pembelajarn sesuai dengan tujuan KTSP yaitu mengembangkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Saat alarm berbunyi berarti menandakan bahwa waktu berdiskusi telah habis, fasilitator pun menyimpulkan bahwa over all kelompok kami yang paling banyak menggunaka teori dalam menjawab. Ternyata demikian prosesnya. Tetapi walaupun demikian saya masih belum mengerti bagaimana sistem penilaiannya dari evaluasi pembelajaran yang menggunakan metode SGD. Sungguh pengalaman belajar yang sangat bermanfaat...
                                                                                                                                     

Kamis, 04 Oktober 2012

KULIAH AHAD PAGI DAN SILATURRAHIM MAHASISWA BARU (SIMABA) FE UNNES 2012



Minggu, 30 September 2012 bertempat di gedung B6 FBS silaturrahmi mahasiswa baru (SIMABA) yang diadakan bersamaan dengan Kuliah Ahad Pagi Edisi Fakultas, EKSIS Rohis FE Unnes mengusung tema “Mewujudkan Generasi Muslim Berjiwa Prestasi”. Tahun ini SIMABA menghadirkan pembicara seorang penulis buku “Zero to Hero” sekaligus trainer yang sangat dahsyat ustadz Solikhin Abu ‘Izzudin. Acara yang dimulai pukul 13.00 tersebut dipandu oleh pembawa acara Ibnu Ramadhani dan Aan Ikhsananto. Sebelum training motivasi diberikan, peserta mahasiswa baru yang mengambil mata kuliah Pendidikan Agama Islam disuguhi dengan haflah penampilan nasyid Lentera. Perpaduan musik yang dihasilkan dari suara personelnya dengan lagu yang mereka bawakan sangat memukau peserta apalagi ketika mereka membawakan lagu “You Are Not Alone” dengan versi berbagai bahasa.

LENTERA NASYID Sebelum Tampil



Penampilan LENTERA Nasyid

Acara berikutnya yang merupakan acara inti dipandu sendiri oleh Ustadz Solikhin. Beliau merupakan penulis buku yang inspiratif dan motifatif. Dari 35 buku yang beliau tulis 9 diantaranya Best Seller, dan dari setiap buku ada trainingnya. Seperti Buku “Zero to Hero” sampai Buku “Happy Ending Full Barokah”. Training motivasi berlangsung sangat menyenangkan dengan dilengkapi dengan tips-tips yang inspiratif. Menjadi penting itu baik, tetapi menjadi baik itu lebih penting. Seseorang yang cerdas adalah ia yang menyiapkan kehidupan sesudah mati. Maka dari itu kita harus fokus (fokoke kudu sukses) dan menjadi orang yang dahsyat full manfaat, eksis dan optimis sampai finish dan fokus sampai lulus. Beliau mengatakan bahwa cara kita menggunakan waktu dan potensi itulah yang membuat kita berbeda. Karena orang yang sukses adalah mereka yang berbeda lebih tinggi sedikit lebih tinggi dari orang rata-rata.

Ustadz Solikhin Abu ‘Izzudin diakhir training memberikan kutipan untuk peserta:
“Semakin bertambah ilmu seseorang maka ia akan semakin tawadhu
Semakin banyak amal seseorang maka ia akan menjadi lebih takut dan hati-hati
Semakin bertambah umurnya maka ia akan berkurang tamak dan rakus
Semakin tinggi pangkat maka ia lebih dekat  dengan sesama”
(Ibnu Qoyyim Al Jauziyah, Alfawaid)


Ikhlas akan menjadi kekuatan tanpa batas. . .
Prinsip dalam hidup untuk full manfaat yaitu TDM (Temukan, Dahsyatkan, Manfaatkan)