PKM KEWIRAUSAHAAN UNNES
2013
Alhamdulillah di tahun
2013 ini usulan PKMK saya yang berjudul “EDUBORI:
Pemanfaatan Kain Perca Menjadi Boneka Jari Sebagai Alternatif Permainan
Edukatif Anak Usia Dini” didani oleh DIKTI lagi. Perbaikan dari segi tim
terus saya lakukan untuk memaksimalkan pelaksanaan program. Melanjutkan proses
belajar berbisnis dari pengalaman tahun lalu, kewirausahaan tetap menjadi
passion saya untuk penulisan PKM walaupun sebenarnya ingin merambah ke bidang
Pengabdian Masyarakat dan Penelitian. Semoga bisa tercapai tahun depan. Aamiin.
Berbicara mengenai
kewirausahaan, PKMK hanya sebagian kecil stimulus untuk menggugah jiwa dalam
berwirausaha. Sejatinya, ketika kita sudah berani mengambil keputusan untuk
berwirausaha, hal tersebut harus didukung dengan totalitas tenaga, waktu,
pikiran dan biaya yang tidak tanggung-tanggung, karena seperti yang kita
ketahui dalam bisnis apabila kita melaksanakannya tanggung-tanggung maka hasil
yang didapatkan pun juga tanggung-tanggung. Semua kembali kepada keberanian
mengambil resiko. Ketika memutuskan untuk memulai bisnis dari nol, maka hal ini
tidak mudah. Karena keterbatasan segala sesuatu mulai dari sumber daya baik
manusia maupun modal.
Perencanaan harus
matang dan memang dalam memulai “bisnis dari nol” membutuhkan tim yang solid
dan orang-orang yang berorientasi sama dengan founder atau CEO-nya supaya apa
yang ingin dicapai dalam bisnis bisa terwujud. Belum lagi pengurusan kebijakan
produk, mulai dari desain kemasan produk, harga jual, penentuan profit margin,
sampai dengan target produksi dan penjualan. Pada prinsipnya berbisnis jangan
tanggung-tanggung, berani malu, berani ambil resiko, berani untung, berani
rugi, berani keluar tenaga-pikiran-biaya-waktu yang banyak, semuanya seakan
bermodalkan keberanian.
Keberanian untuk tidak
tanggung-tanggung seakan tertutupi oleh keterbatasan modal yang didapat karena
dana pelaksanaan yang “macet”. Tetapi sebenarnya hal tersebut bukan menjadi
alasan yang utama, karena yang penting adalah berani mengisi peluang secepatnya
dan mengambil andil dalam pasar yang luas. Dengan begitu produk akan mudah
diterima oleh konsumen. Soal modal bisa didapat dengan memanfaatkan yang ada.
Kembali lagi ke PKMK,
produk yang saya buat adalah boneka jari “Edubori”. Ide yang muncul dari
pemanfaatan perca untuk aplikasi boneka jari. Desain yang cetar membahana harus
ditarik lagi karena pemesanan ke tempat offset minimal harus sejumlah 1000
kemasan. Hal ini sungguh memberatkan karena modal yang dibutuhkan tidak
sedikit. Produksi terkendala oleh tenaga yang bersifat padat karya dan produknya
yang 100% handmade.
Masa penjualan adalah selama
bulan Mei hingga Juni karena dari info yang saya dapatkan Monev DIKTI dilaksanakan
sekitar bulan Juli dan PIMNAS dilaksanakan bulan September. Masih ada waktu
untuk melaksanakan target-target produksi dan penjualan serta promosi. Dan masih
ada waktu untuk mempersiapkan segala sesuatunya menuju PIMNAS 2013 yang
InsyaAllah akan dilaksanakan di Nusa Tenggara Barat tepatnya di Universitas
Mataram. Semoga bisa terbang kesana untuk membawa produk boneka jari “Edubori”
Go National dan menjadi produk permainan edukatif anak usia dini yang 100% asli
Indonesia dan diharapkan bisa menjadi icon boneka jari nasional.
Yang masih menjadi
kendala adalah pengurusan untuk hak Merk Dagang yang bisa Terdaftar secara
nasional, produksi yang harus dalam jumlah besar, dan media promosi yang berbasis
IT untuk kemudahan akses pembelian dalam lingkup pasar yang luas. Selain itu
persiapan presentasi bisnis yang memukau harus saya pikirkan mulai dari
sekarang untuk menarik reviewer, seperti dengan mempelajari program aplikasi
pembuatan presentasi Prezi.
PIMNAS 2013 “UNGGUL DAN
BERPRESTASI!”