Pages

Senin, 27 Januari 2014

MAKNA PRESTASI

Source: unnes.ac.id

Berbicara mengenai prestasi, sebenarnya saya sudah ingin menulisnya sejak lama. Tetapi entah kapan kata ini bisa saya pahami. Ketika ada kolom dalam formulir dari suatu organisasi yang mencantumkan “prestasi yang pernah diraih” adalah hal tersulit untuk saya isi. Saya adalah adik dari seorang mantan Komandan Menwa 901. Dari kecil hidup saya diarahkan dan dibimbing olehnya dan sekarang sudah bukan saatnya lagi saya bergantung padanya dan saya rasa sudah tidak bisa lagi bertanya segala sesuatu padanya, termasuk bertanya tentang makna prestasi. Oleh karena itu, saya coba renungi sendiri dan saya curahkan melalui tulisan ini...Mohon maaf sebelumnya bagi yang membaca, tulisan ini hanyalah bentuk flashback dan introspeksi bagi diri saya...

Apa sebenarnya prestasi itu?

Ketika saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar, sempat saya berpikir mengapa ada angka 1/3 di kolom ranking buku rapor saya. Kata guru saya angka tersebut bermakna bahwa yang mendapat ranking pertama tidak hanya saya. Seringkali dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 saya mendapat angka itu.

Beranjak masuk tingkat Sekolah Menengah Pertama, dalam buku rapor saya juga tertulis angka 1 di kolom ranking, bahkan melangkah ke tingkat semester II kelas VII. Begitu terus menerus, rutinitas saya selalu berujung pada penilaian kuantitatif. Tak ada aktivitas lain selain belajar dan berkutat dengan tugas pekerjaan rumah. Semua mata pelajaran menjadi favorit dan Bahasa Inggris serta Matematika lah yang saya jadikan raja dan ratu mata pelajaran yang paling saya sukai. Hingga waktu itu saya berkesempatan mengikuti Speech Contest tingkat Kecamatan, dan hasilnya nihil. Tak berbeda dengan Matematika, saya diikutsertakan dalam Seleksi Olimpiade Matematika tingkat SMP, dan hasilnya pun nihil. Nihil disini saya tidak sampai berhasil menjadi juara.

Hingga akhir masa sekolah di SMP, nama saya dipanggil pada hari Sabtu ketika itu maju ke tengah lapangan sekolah untuk menerima pengumuman rangking 1 paralel. Tak hanya sekali, bahkan kondisi ini berulang sampai saya lulus dan menjadi yang pertama di sekolah saya untuk nilai Ujian Nasional SMP waktu itu.
Kondisi perekonomian keluarga yang tidak stabil, membuat saya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMK, dan memutuskan harapan saya menekuni bidang Matematika dan Bahasa Inggris.

Allah membuat saya yakin untuk mengambil bidang keahlian Administrasi Perkantoran, sederhana saja alasan pada saat itu ketika ditanya, “Mengapa?” ...saya jawab dengan percaya diri, karena Kepala Sekolahnya juga dulu berasal dari program keahlian tersebut. Beberapa guru di SMP sempat kaget dan menyayangkan keputusan saya waktu itu.

Tak berbeda pada saat di SMP, ketika sudah menjadi siswa SMK pun saya selalu concern dengan apa yang saya pelajari hingga hal yang sama juga terjadi pada saat itu, mendapat ranking I setiap semester. Kecuali semester III yang memang sangat turun drastis karena kegiatan Praktik Kerja Industri (Prakerin). Lagi-lagi kerja keras dan hasil dinilai dengan angka. Entah apa yang sudah saya lakukan, tapi angka itu bisa saya dapat juga di SMK.
Naik tingkat kelas XI saya mengikuti Lomba Kompetensi Siswa Bidang Secretary tingkat Kabupaten, kali ini berhasil mendapat Juara I dan mendapat tiket untuk mewakili kabupaten Banjarnegara ke tingkat provinsi, tapi lagi-lagi langkah saya terhenti hanya sampai menjadi juara V dalam lomba tersebut. Hingga masa perjuangan menjadi siswa SMK itu ditutup dengan kelulusan dan menjadi peringkat pertama nilai Ujian Nasional tertinggi satu SMK.

Semuanya serba kuantitatif. Tapi apakah diri ini juga meningkat derajatnya? Meningkat selalu ilmu agamanya?
Hingga saya melanjutkan bidang keahlian saya di perguruan tinggi, menjadi mahasiswa Bidikmisi Program Studi Administrasi Perkantoran. Semester pertama Indeks Prestasi yang didapat Cumlaude, syukur Alhamdulillaah. Menginjak semester II Indeks Prestasi naik. Hingga pada semester III menerima kenyataan bahwa saya adalah mahasiswa dengan IPK tertinggi ketiga angkatan 2011 pada tahun 2012. Penghargaan dari Pembantu Rektor Bidang Akademik saya terima dari Bapak Agus Wahyudin dan hadiah dari Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan berupa Headset. Namun akhir semester III dan IV Indeks Prestasi semakin menurun. Lagi-lagi semua berkaitan dengan angka. Roda berputar dan saya merasakan suatu penurunan yang signifikan. Sempat membuat saya sedih dan kecewa.

Puncaknya, pada akhir semester IV saya mengumpulkan kekuatan menuliskan harapan dan mimpi yang ingin saya raih pada majalah dinding kamar kos saya. Semester V ternyata banyak hal yang tidak terduga Allah berikan kepada saya. Dengan tetap aktif dalam organisasi, saya mengikuti kompetisi membuat business plan, saya kirim ke Youth Desk Unesco dan Indonesia Entrepreneur Camp. Karena memang sejak semester II saya menyukai bidang wirausaha (berawal dari PKMK) sehingga kondisi ini mendukung saya untuk terus menyukai bidang usaha dan bergerak disana. Hal yang paling tak terduga ketika seorang teman meminta saya membantunya berangkat ke Sulawesi Selatan, ke Universitas Hasanuddin Makassar untuk mempresentasikan LKTI, saya sempat tak menyangka, karena sempat berpikir ingin ke Luar Jawa. Allah mengabulkannya...


Tak hanya itu, rasa senang bertumpuk ketika dalam perjalanan menuju Makassar mendapat pengumuman bahwa karya business plan saya masuk 10 besar yang berhak presentasi pada event IEC 2013 di Universitas Brawijaya Malang. Pada bulan November 2013, setelah sekian kali mengikuti lomba dengan hasil nihil, akhirnya inilah pertama kalinya saya mendapat piala dan mendapat juara III pada lomba tersebut. 



Tak dihitung dari banyaknya uang yang didapat dari hadiah, tetapi memang ini adalah rencana yang ingin dijalankan, rencana bisnis yang belum bisa terealisir. Niat untuk benar-benar menjalankannya menjadi pengusaha wanita yang mempunyai produk Alat Permainan Edukatif.

Pengalaman ditegur oleh dosen karena tidak masuk kuliah saya dapatkan waktu semester V kemarin. Tidak masuk kuliah dan sering izin. Selain itu, kesibukan saya juga menjadi Asisten Laboraturium ditengah kuliah 20 SKS membuat saya cukup kewalahan untuk mengatur waktu memahami jatah matakuliah yang harus dikuasai.

Hingga waktu yudisium tanggal 24 Januari 2014, saya membuka hasil studi dan... Alhamdulillaah... hasilnya AllahuAkbar, tak menyangka angka 4,00 itu nampak pada kolom terbawah Indeks Prestasi.



Tulisan itu menjadi nyata. Tapi kembali lagi saya teringat dan bertanya pada diri saya sendiri, Inikah prestasi? Apakah Allah sedang menguji? Allah tentu menguji, apakah saya orang syukur atau yang kufur... Semakin merasa bahwa diri ini terlalu buruk untuk mendapat kemurahan dari-Nya... Sedih, karena diri ini banyak dosa...
Makna Prestasi seperti apa yang sejatinya selalu diidam-idamkan....Tak ada gunanya semua angka itu, jika tanpa makna, tak ada gunanya capaian-capaian itu jika tanpa makna...


Saya hanya ingin khusyuk, hidup mengabdi pada Sang Maha Pemberi Kehidupan...menjadi bermanfaat dan bernilai.. bukan nilai angka yang hanya sebuah angka tanpa makna...tapi lebih dari itu, menjadi pribadi yang keberadaanya dirindukan banyak orang karena kebermanfaatannya, bolehkah saya memaknainya dengan Prestasi? Bolehkah Anis Susanti memimpikan Prestasi tersebut?