Tulisan
ini terinspirasi dari lingkungan sekitar yang saya temui. Beberapa orang yang
saya kenal telah menarik perhatian saya selama ini. Mengapa? Karena mereka aneh
dimata saya. Aneh disini bukanlah unik yang saya maksud, melainkan hal yang
kurang umum menurut saya. Mungkin tulisan ini terlalu subjektif, tetapi saya
hanya mencoba mengambil hikmah dari inspirasi yang saya dapatkan.
Langsung
saja ke titik pembahasan yang membuat hati saya merasa geram, gemes dan sedikit
sedih dengan hal seperti ini.
Sebut
saja P, dia adalah mahasiswa lain jurusan, adik tingkat saya yang berada dalam
1 organisasi bersama saya. Pada awalnya saya sedikit penasaran dengannya,
sebutan ‘ikhwan’ pantas ia dapatkan karena memang penampilannya yang calm dan pendiam. Pertama kali masuk
kedalam organisasi, saya coba dekati dia, karena memang sudah menjadi tanggung
jawab saya sebagai kepala departemen PSDM yang berupaya mempererat hubungan
internal antar pengurus. Namun, setelah berselang beberapa waktu, saya semakin
kurang ‘sreg’ dengan caranya, dia mulai menunjukkan bahwa dia tidak nyaman
berada dalam organisasi yang kami ikuti, bahkan mungkin tidak suka dan terkesan
‘acuh’ dengan apa yang ada. Terbukti ketika pelaksanaan program yang memang
harus dikerjakan oleh departemennya dia terlihat kurang ‘koordinatif’ dan malah
yang paling parahnya dia melimpahkan tugasnya kepada saya, dengan alasan dia
masih sibuk mengelola blognya. Semakin kesini semakin menjadi, entah mengapa
perhatian saya selalu terfokus pada perilaku pengurus yang satu ini, karena memang
dia juga mengikuti organisasi lainnya. Dan pada akhirnya saya terus mengamati,
semakin terlihat kalau memang dia tidak ber-‘passion’ di organisasi yang kami
ikuti. Nah puncaknya ketika saya terus mengamati setiap status facebook yang selalu diupdate olehnya.
Semua memang bernuansa Islam, sesuai dengan organisasi kerohanian islam yang ia
ikuti. Ketika perjalanan studi banding yang pada saat itu dilakukan ke salah
satu kota di Jawa Tengah, ia malah sibuk update status dan tidak membaur dengan
yang lainnya. Dia memang mahasiswa yang kemampuan akademiknya tinggi, ber-IP
tinggi, aktif blogging dan aktif di Kerohanian Islam. Warna berbeda ketika ia
berada dan berkumpul bersama dengan organisasi yang kami ikuti, ya itu tadi,
dia lebih banyak diam, dan memang sudah acuh dengan yang ada.... Tapi jujur
rasanya melihat hal seperti itu sangat menyakitkan (hehehe) entah mungkin
karena saya yang terlalu loyal pada organisasi. Bagaimana tidak, di organisasi
A dia acuh, diam dan pasif bahkan melempar tugas, sedangkan di organisasi B dia
sangat giat, dan terlihat sangat antusias untuk berkontribusi. Ibarat kata punya
pacar rasanya itu diduain (heuheuheu :D)
Next, lanjut ke kisah dengan orang yang berbeda, sama anehnya
dengan yang pertama...
Sebut
saja M, dia adalah mahasiswi berbeda fakultas yang saya kenal, sebut saja kami
memang satu atap dan duduk di semester yang sama. Yang lain sekamar berdua eh yang
ini sekamar sendiri, ya memang tidak hanya dia sih heuheu. Orangnya sama, calm dan pendiam, tapi bisa ya punya pacar. Lho kok?
Wkwk lanjut.. sama seperti yang pertama, dia selalu update status facebook, ibarat kata nih ‘no days without updating facebook status’ daah...
kalau orang Jawa bilang, “sitik-sitik
update” haha. (memang begitu adanya) :D
Nah
yang satu ini, dia anehnya sama, setiap hari update status, sosmed mengetahui
segala aktivitasnya, eh nah giliran bergaul sama teman-teman satu atapnya jaranggg
bangetttt. Dan sampai status yang sempat saya temui “gak punya teman itu lebih
menyakitkan daripada gak punya pacar” kurang lebih isinya seperti itu. What?!
Nah maksudnyah??? Selama ini tetangganya dianggap apa yah? Heuheu. Ya mampu
sendiri sih, segala hal bisa sendiri, tapi namanya satu atap saling kenal hidup
seperti keluarga yang saling berkomunikasi, tidak acuh dan tidak merasa tidak
dianggap itu penting... Hmmm.. heran kan saya...
Oke
deh, cukup 2 kisah itu tadi yang menginspirasi saya, dan bisa saya ambil kesimpulan
yang bisa dilihat dari kedua kisah diatas:
1.
P dan M sama-sama
pendiam dan sibuk dengan facebook
mereka, sama-sama suka update status disaat ada orang-orang disekitarnya yang bahkan
tanpa mereka sadari orang-orang disekitar mereka sangat perhatian pada mereka.
2.
P dan M aneh, dan
mereka mempunyai jalan pemikiran dan gaya hidup sendiri.
3.
Keduanya sama-sama
kurang bisa menghargai orang-orang yang pada
saat bersamanya sangat membutuhkan responnya.
4.
Keduanya sama-sama
mempunyai kepentingan dan keinginan yang mungkin akan sulit dipahami orang-orang
disekitarnya karena sikap calm dan
pendiam mereka.
5.
Sebenarnya mudah
saja, jangan jadikan facebook atau
sosmed itu sebagai teman, karena teman sebenarnya akan kurang menghargai...Bagaimana
tidak? Nah orang teman-temannya juga masih ada, malah yang tahu setiap masalah,
kabar, info dan unek-unek malah sosmed.
Hikmah
yang bisa saya ambil adalah:
“Jangan
pernah merasa kita tidak dianggap di lingkungan dimana kita berada. Jika memang
benar adanya banyak yang tidak menyukai kita, maka berusahalah untuk
menyenangkan mereka, bagaimanapun bentuknya dan caranya karena dimana kita
berada, disitulah kita bisa dinilai bahwa kita adalah orang yang bermanfaat
kehadirannya atau tidak.”
“Jangan
pernah mau untuk dikendalikan oleh teknologi maupun sosial media yang ada, tapi
kitalah yang mengendalikan”
“Orang-orang
disekitar kita masih cukup banyak kan? Masih cukup untuk berbagi keluh kesah,
bahagia, galau dan rasa lainnya kan? So, jangan pernah deh merasa sendiri dan
merasa bahwa kita adalah individu yang paling menderita sedunia karena tak berkawan.
Hapus buang jauh-jauh pikiran seperti itu karena hal itu hanya membuat kita
merasa tak berguna bagi orang-orang yang ada di sekitar kita”
Ingatlah teman, diam itu emas, tapi ada waktunya. Ada saatnya
kita sendiri bersama Alloh, ada saatnya kita berkomunikasi dengan orang-orang
disekitar kita. Kita akademisi yang butuh berbagi pikiran, setiap diri
mempunyai kepentingan, kehendak dan keinginan sendiri, itulah anehnya kita,
jadi jangan diperparah dengan sikap dan perilaku yang “susiri: suka sibuk
sendiri” J Berusahalah untuk tawazun urusan dunia dan akhirat,
seimbangkan porsi Hablumminalloh (berbuat baik kepada Alloh) dan Hablumminannas
(berbuat baik kepada sesama manusia)
Tawazun dan Sinergi... Hidup ini butuh kedua hal
tersebut untuk melengkapi warna perjalanannya tanpa melukai siapapun...
*Bukan bermaksud menjelekkan individu, tapi inilah
inspirasi, bebas namun tetap terbatas, kita hidup dan kita berkarya karena kita
bersama berusaha menjadi makhluk-Nya yang bermanfaat... Karena yang beruntung
yang saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran*
Sekian dulu, Mohon Maaf atas segala kesalahan... Semoga
dapat diambil hikmah.. Semoga bermanfaat J