Pages

Rabu, 04 September 2013

Setiap Orang Punya Kepentingan dan Keinginannya SENDIRI


Tulisan ini terinspirasi dari lingkungan sekitar yang saya temui. Beberapa orang yang saya kenal telah menarik perhatian saya selama ini. Mengapa? Karena mereka aneh dimata saya. Aneh disini bukanlah unik yang saya maksud, melainkan hal yang kurang umum menurut saya. Mungkin tulisan ini terlalu subjektif, tetapi saya hanya mencoba mengambil hikmah dari inspirasi yang saya dapatkan.

Langsung saja ke titik pembahasan yang membuat hati saya merasa geram, gemes dan sedikit sedih dengan hal seperti ini.

Sebut saja P, dia adalah mahasiswa lain jurusan, adik tingkat saya yang berada dalam 1 organisasi bersama saya. Pada awalnya saya sedikit penasaran dengannya, sebutan ‘ikhwan’ pantas ia dapatkan karena memang penampilannya yang calm dan pendiam. Pertama kali masuk kedalam organisasi, saya coba dekati dia, karena memang sudah menjadi tanggung jawab saya sebagai kepala departemen PSDM yang berupaya mempererat hubungan internal antar pengurus. Namun, setelah berselang beberapa waktu, saya semakin kurang ‘sreg’ dengan caranya, dia mulai menunjukkan bahwa dia tidak nyaman berada dalam organisasi yang kami ikuti, bahkan mungkin tidak suka dan terkesan ‘acuh’ dengan apa yang ada. Terbukti ketika pelaksanaan program yang memang harus dikerjakan oleh departemennya dia terlihat kurang ‘koordinatif’ dan malah yang paling parahnya dia melimpahkan tugasnya kepada saya, dengan alasan dia masih sibuk mengelola blognya. Semakin kesini semakin menjadi, entah mengapa perhatian saya selalu terfokus pada perilaku pengurus yang satu ini, karena memang dia juga mengikuti organisasi lainnya. Dan pada akhirnya saya terus mengamati, semakin terlihat kalau memang dia tidak ber-‘passion’ di organisasi yang kami ikuti. Nah puncaknya ketika saya terus mengamati setiap status facebook yang selalu diupdate olehnya. Semua memang bernuansa Islam, sesuai dengan organisasi kerohanian islam yang ia ikuti. Ketika perjalanan studi banding yang pada saat itu dilakukan ke salah satu kota di Jawa Tengah, ia malah sibuk update status dan tidak membaur dengan yang lainnya. Dia memang mahasiswa yang kemampuan akademiknya tinggi, ber-IP tinggi, aktif blogging dan aktif di Kerohanian Islam. Warna berbeda ketika ia berada dan berkumpul bersama dengan organisasi yang kami ikuti, ya itu tadi, dia lebih banyak diam, dan memang sudah acuh dengan yang ada.... Tapi jujur rasanya melihat hal seperti itu sangat menyakitkan (hehehe) entah mungkin karena saya yang terlalu loyal pada organisasi. Bagaimana tidak, di organisasi A dia acuh, diam dan pasif bahkan melempar tugas, sedangkan di organisasi B dia sangat giat, dan terlihat sangat antusias untuk berkontribusi. Ibarat kata punya pacar rasanya itu diduain (heuheuheu :D)

Next, lanjut ke kisah dengan orang yang berbeda, sama anehnya dengan yang pertama...

Sebut saja M, dia adalah mahasiswi berbeda fakultas yang saya kenal, sebut saja kami memang satu atap dan duduk di semester yang sama. Yang lain sekamar berdua eh yang ini sekamar sendiri, ya memang tidak hanya dia sih heuheu. Orangnya sama, calm  dan pendiam, tapi bisa ya punya pacar. Lho kok? Wkwk lanjut.. sama seperti yang pertama, dia selalu update status facebook, ibarat kata nih ‘no days without updating facebook status’ daah... kalau orang Jawa bilang, “sitik-sitik update” haha. (memang begitu adanya) :D

Nah yang satu ini, dia anehnya sama, setiap hari update status, sosmed mengetahui segala aktivitasnya, eh nah giliran bergaul sama teman-teman satu atapnya jaranggg bangetttt. Dan sampai status yang sempat saya temui “gak punya teman itu lebih menyakitkan daripada gak punya pacar” kurang lebih isinya seperti itu. What?! Nah maksudnyah??? Selama ini tetangganya dianggap apa yah? Heuheu. Ya mampu sendiri sih, segala hal bisa sendiri, tapi namanya satu atap saling kenal hidup seperti keluarga yang saling berkomunikasi, tidak acuh dan tidak merasa tidak dianggap itu penting... Hmmm.. heran kan saya...

Oke deh, cukup 2 kisah itu tadi yang menginspirasi saya, dan bisa saya ambil kesimpulan yang bisa dilihat dari kedua kisah diatas:
1.    P dan M sama-sama pendiam dan sibuk dengan facebook mereka, sama-sama suka update status disaat ada orang-orang disekitarnya yang bahkan tanpa mereka sadari orang-orang disekitar mereka sangat perhatian pada mereka.
2.    P dan M aneh, dan mereka mempunyai jalan pemikiran dan gaya hidup sendiri.
3.    Keduanya sama-sama kurang bisa menghargai orang-orang yang pada  saat bersamanya sangat membutuhkan responnya.
4.    Keduanya sama-sama mempunyai kepentingan dan keinginan yang mungkin akan sulit dipahami orang-orang disekitarnya karena sikap calm dan pendiam mereka.
5.    Sebenarnya mudah saja, jangan jadikan facebook atau sosmed itu sebagai teman, karena teman sebenarnya akan kurang menghargai...Bagaimana tidak? Nah orang teman-temannya juga masih ada, malah yang tahu setiap masalah, kabar, info dan unek-unek malah sosmed.


Hikmah yang bisa saya ambil adalah:
“Jangan pernah merasa kita tidak dianggap di lingkungan dimana kita berada. Jika memang benar adanya banyak yang tidak menyukai kita, maka berusahalah untuk menyenangkan mereka, bagaimanapun bentuknya dan caranya karena dimana kita berada, disitulah kita bisa dinilai bahwa kita adalah orang yang bermanfaat kehadirannya atau tidak.”

“Jangan pernah mau untuk dikendalikan oleh teknologi maupun sosial media yang ada, tapi kitalah yang mengendalikan”

“Orang-orang disekitar kita masih cukup banyak kan? Masih cukup untuk berbagi keluh kesah, bahagia, galau dan rasa lainnya kan? So, jangan pernah deh merasa sendiri dan merasa bahwa kita adalah individu yang paling menderita sedunia karena tak berkawan. Hapus buang jauh-jauh pikiran seperti itu karena hal itu hanya membuat kita merasa tak berguna bagi orang-orang yang ada di sekitar kita”
Ingatlah teman, diam itu emas, tapi ada waktunya. Ada saatnya kita sendiri bersama Alloh, ada saatnya kita berkomunikasi dengan orang-orang disekitar kita. Kita akademisi yang butuh berbagi pikiran, setiap diri mempunyai kepentingan, kehendak dan keinginan sendiri, itulah anehnya kita, jadi jangan diperparah dengan sikap dan perilaku yang “susiri: suka sibuk sendiri” J Berusahalah untuk tawazun urusan dunia dan akhirat, seimbangkan porsi Hablumminalloh (berbuat baik kepada Alloh) dan Hablumminannas (berbuat baik kepada sesama manusia)
Tawazun dan Sinergi... Hidup ini butuh kedua hal tersebut untuk melengkapi warna perjalanannya tanpa melukai siapapun...
*Bukan bermaksud menjelekkan individu, tapi inilah inspirasi, bebas namun tetap terbatas, kita hidup dan kita berkarya karena kita bersama berusaha menjadi makhluk-Nya yang bermanfaat... Karena yang beruntung yang saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran*

Sekian dulu, Mohon Maaf atas segala kesalahan... Semoga dapat diambil hikmah.. Semoga bermanfaat J

1 komentar: