Bismillaahirrohmaanirrohiim...
Dari
Syadad bin Aus r.a., dari Rasulullah SAW., bahwa beliau berkata, “Orang yang
pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk
kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya
mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT”. (HR. Imam
Turmudzi, ia berkata, ‘Hadits ini adalah hadits hasan’)
Hadits
di atas menggambarkan urgensi muhasabah (evaluasi diri) dalam menjalani
kehidupan di dunia ini. Karena hidup di dunia merupakan rangkaian dari sebuah
planing dan misi besar seorang hamba, yaitu menggapai keridhaan Rab-nya. Dan
dalam menjalankan misi tersebut, seseorang tentunya harus memiliki visi (ghayah), perencanaan (ahdaf), strategi (takhtith), pelaksanaan (tatbiq) dan evaluasi (muhasabah). Hal terakhir merupakan pembahasan utama yang
dijelaskan oleh Rasulullah saw. dalam hadits ini. Bahkan dengan jelas,
Rasulullah mengaitkan evaluasi dengan kesuksesan, sedangkan kegagalan dengan
mengikuti hawa nafsu dan banyak angan.
[Kegagalan]
Disebut oleh Rasulullah saw, dengan ‘orang yang lemah’, memiliki dua ciri
mendasar yaitu orang yang mengikuti hawa nafsunya, membiarkan hidupnya tidak
memiliki visi, tidak memiliki planing, tidak ada action dari planingnya, terlebih-lebih
memuhasabahi perjalanan hidupnya. Sedangkan yang kedua adalah memiliki banyak
angan-angan dan khayalan, ’berangan-angan terhadap Allah.’ Maksudnya, adalah
sebagaimana dikemukakan oleh Imam Al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi,
sebagai berikut: Dia (orang yang lemah), bersamaan dengan lemahnya ketaatannya
kepada Allah dan selalu mengikuti hawa nafsunya, tidak pernah meminta ampunan
kepada Allah, bahkan selalu berangan-angan bahwa Allah akan mengampuni
dosa-dosanya.
Aspek-Aspek Yang Perlu Dimuhasabahi
Terdapat beberapa aspek yang perlu dimuhasabahi oleh setiap muslim, agar menjadi orang yang pandai dan sukses.
[Aspek Ibadah]
Pertama kali yang harus dievaluasi setiap muslim adalah aspek ibadah.
Karena ibadah merupakan tujuan utama diciptakannya manusia di muka bumi ini.
[QS. Adz-Dzaariyaat (51): 56]
[Aspek Pekerjaan & Perolehan Rizki]
Aspek kedua ini sering kali dianggap remeh, atau bahkan ditinggalkan dan
ditakpedulikan oleh kebanyakan kaum muslimin. Karena sebagian menganggap bahwa
aspek ini adalah urusan duniawi yang tidak memberikan pengaruh pada aspek
ukhrawinya. Sementara dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. bersabda:
Dari Ibnu Mas’ud ra dari Nabi Muhammad saw. bahwa beliau bersabda, ‘Tidak
akan bergerak tapak kaki ibnu Adam pada hari kiamat, hingga ia ditanya tentang
5 perkara; umurnya untuk apa dihabiskannya, masa mudanya, kemana
dipergunakannya, hartanya darimana ia memperolehnya dan ke mana
dibelanjakannya, dan ilmunya sejauh mana pengamalannya.’ (HR. Turmudzi)
[Aspek Kehidupan Sosial Keislaman]
Aspek yang tidak kalah penting untuk dievaluasi adalah aspek kehidupan
sosial, dalam artian hubungan muamalah, akhlak dan adab dengan sesama manusia.
Karena kenyataannya aspek ini juga sangat penting, sebagaimana yang digambarkan
Rasulullah saw. dalam sebuah hadits:
“Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw. bersabda, ‘Tahukah kalian
siapakah orang yang bangkrut itu?’ Sahabat menjawab, ‘Orang yang bangkrut
diantara kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak memiliki
perhiasan.’ Rasulullah saw. bersabda, ‘Orang yang bangkrut dari umatku adalah
orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) shalat, puasa dan zakat,
namun ia juga datang dengan membawa (dosa) menuduh, mencela, memakan harta
orang lain, memukul (mengintimidasi) orang lain. Maka orang-orang tersebut
diberikan pahala kebaikan-kebaikan dirinya. Hingga manakala pahala kebaikannya
telah habis, sebelum tertunaikan kewajibannya, diambillah dosa-dosa mereka dan
dicampakkan pada dirinya, lalu dia pun dicampakkan ke dalam api neraka.” (HR.
Muslim)
Melalaikan aspek ini, dapat menjadi orang yang muflis sebagaimana
digambarkan Rasulullah saw. dalam hadits di atas. Datang ke akhirat dengan
membawa pahala amal ibadah yang begitu banyak, namun bersamaan dengan itu, ia
juga datang ke akhirat dengan membawa dosa yang terkait dengan interaksinya
yang negatif terhadap orang lain; mencaci, mencela, menuduh, memfitnah, memakan
harta tetangganya, mengintimidasi dsb. Sehingga pahala kebaikannya habis untuk
menutupi keburukannya. Bahkan karena kebaikannya tidak cukup untuk menutupi
keburukannya tersebut, maka dosa-dosa orang-orang yang dizaliminya tersebut
dicampakkan pada dirinya. Hingga jadilah ia tidak memiliki apa-apa, selain
hanya dosa dan dosa, akibat tidak memperhatikan aspek ini. Na’udzubillah min dzalik.
[Aspek Dakwah]
Aspek ini sesungguhnya sangat luas untuk dibicarakan. Karena menyangkut
dakwah dalam segala aspek; sosial, politik, ekonomi, dan juga substansi dari
da’wah itu sendiri mengajak orang pada kebersihan jiwa, akhlaqul karimah,
memakmurkan masjid, menyempurnakan ibadah, mengklimakskan kepasrahan abadi pada
ilahi, banyak istighfar dan taubat dsb.
Tetapi yang cukup urgens dan sangat substansial pada evaluasi aspek dakwah
ini yang perlu dievaluasi adalah, sudah sejauh mana pihak lain baik dalam skala
fardi maupun jama’i, merasakan manisnya dan manfaat dari dakwah yang telah
sekian lama dilakukan? Jangan sampai sebuah ‘jamaah’ dakwah kehilangan
pekerjaannya yang sangat substansial, yaitu dakwah itu sendiri.
Evaluasi pada bidang dakwah ini jika dijabarkan, juga akan menjadi lebih
luas. Seperti evaluasi dakwah dalam bidang tarbiyah dan kaderisasi, evaluasi
dakwah dalam bidang dakwah ‘ammah, evaluasi dakwah dalam bidang siyasi,
evaluasi dakwah dalam bidang iqtishadi, dsb?
Pada intinya, dakwah harus dievaluasi, agar harakah dakwah tidak hanya
menjadi simbol yang substansinya telah beralih pada sektor lain yang jauh dari
nilai-nilai dakwah itu sendiri. Mudah – mudahan ayat ini menjadi bahan evaluasi
bagi dakwah yang sama-sama kita lakukan: Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku,
aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah
yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”.
[QS. Yusuf (12): 108]
“Haasibuanfusakum qobla antuhaasib” –Umar bin Khatab-
Sumber Bacaan:
www.dakwatuna.com
Sumber Bacaan:
www.dakwatuna.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar